Rabu, 06 Januari 2016

MANUSIA DAN HARAPAN



Nama : Alan Kurniawan
Kelas : 1EA25
NPM   : 10215444

ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN HARAPAN
Pengertian Harapan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Misalnya, Budi hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai hara[pan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan”
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan dating, tetapi tidak ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai. Bagaimna Rafiq memperoleh nilai A, lulus pun mungkin tidak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi : sehingga harapan berarti sesuatu yang dinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi langit. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu :
Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud
Pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.

Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan ?
Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang usdah menjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira dan sebagainya. Seperti halnya orang menonton pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak.
Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Kebutuhan jasmani misalnya : makan, minum, pakaian, rumah, ketenangan, hiburan dan kebersihan.
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakikatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah:
-Kelangsungan hidup (survival)
-Keamanan (safety)
-Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
-Diakui lingkungan (status)
-Perwujudan cita-cita (self actualization)

Kelangsungan hidup (survival)
Untuk melanghsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir. Untuk mencukupi kebutuhan pangan, papan, sandang itu maka manusia sejak kecil telah mulai belajar. Dengan pengetahuan yang tinggi harapan memperoleh pangan, sandang dan papan yang layak akan terpenuhi. Atau tiap manusia perlu kerja keras dengan harapan apa yang diinginkan : pangan, sandang, papan yang layak terpenuhi.
Keamanan
Setiap orang membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir ia telah membutuhkan keamanan. Begitu lahir, dengan suara tangis, itu pertanda minta perlindungan. Setelah agak besar, setiap anak menangis dia akan diam setelah dipeluk oleh ibunya. Setelah bertambah besar ia ingin dilindungi. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, secara moral pun orang lain dapat memberi rasa aman. Dalam hal agama sering merupakan cara memperoleh keamanan moril bagi pemiliknya. Walaupun secara fisik keadaannya dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan  perlindungan berarti sudah memberikan keamanan yang diharapkan.
Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh puka keasadaran akan hak dan kewajiban. Karena itu tidak jarang anak-anak remaja mengatakan kepada ayah dan ibu. “ibu ini kok menganggap Reny masih kecil saja, semua diatur!” itu suatu pertanda bahwa anak itu telah tambah kesadaran akan hak dan kewajibannya.
Bila seseorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa, sehingga sudah saatnya mempunyai harapan untuk mencinta dan dicintai. Pada saat seperti ini remaja banyak mengkhayal. Ia telah sadar akan keberadaanya. Pada usia itu, biasanya terjadi konflik batin pada dirinya dengan pihak orang tua. Sebab umumnya remaja mulai menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak sesuai dengan alamnya.
Status
Setiap manusia membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Setiap manusia yang lahir di bumi ini tentu akan bertanya tentang statusnya. Status keberadaannya. Status dalam keluarga, status dalam masyarakat, dan status dalam Negara. Status itu penting, karena denngan status orang tahu siapa dia. Harga diri orang antara lain melekat pada status orang itu.
Perwujudan cita-cita
Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangkatannya atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar ia diterima atau diakui kehebatannya.
3. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar :
-Ia tidak percaya diri sendiri
-Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya
-Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah
- Kita harus percaya akan nasehat-nasehta kyai itu, karena nasehat-nasehat itu diambil dari ajaran Al-Quran

Kebenaran
Dalam tingkah laku, ucapan, perbuatan manusia selalu berhati-hati agar mereka tidak menyimpang dari kebenaran. Manusia sadar, bahwa ketidakbenaran dalam bertindak, berucap maupun bertindak dapat mencemarkan atau menjatuhkan namanya, seperti peribahasa yang mengatakan “sekali lancing ke ujian, selama hidup orang tak percaya” karena itu, wajarlah kalau ketidakbenaran dapat berakibat kegelisahan, ketidakpastian, dan kedukaan.
Jelaslah bagi kita, bahwa kebenaran atau benar merupakan kunci kebahagiaan manusia. Itulah sebabnya manusia selalu berusaha mencari mempertahankan, memperjuangkan kebenaran.

4. Berbagai Kepercayaan dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan alaha kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :

Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan
kepadanya.

Kepercayaan kepada orang lain
Percaya pada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, gutu, atau siap saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karena ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.

Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir. Poedjawiyatna, Negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan lngsung memerintah dan memimpin bangsa manusia atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati. Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula(kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat. Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, Negara. Hanya Negara sebagai keutuhan yang ada kedaulatan mutlak pada Negara, Negara demikian itu disebut Negara totaliter. Satu-satunya yang mempunyai hak ialah Negara; manusia perorangan tidak mempun yai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (Negara dictator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokrasi Negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga Negara percaya kepada Negara/pemerintah.

Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakian atau pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mebgalirkan daya kekuatannya. Oleh karena itu jika manusia berusaha agar mendapatkan pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan keonsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.


Sumber :

Joko Tri Prasetya, Drs., Ilmu Budaya Dasar, Rineka Cipta, Jakarta 2013

Nugroho Widyo., Muchji Achmad, Ilmu Budaya Dasar, Gunadarma Jakarta, 1994